Monday 28 June 2021

Berbagi Aksi Nyata (PGP-Angk2-Kota Surabaya-Prapti Wardani-1.4-Aksi Nyata)

 

Budaya Positif Sekolah sebagai Pembentukan Karakter Siswa


“Adapun maksud pendidikan yaitu: menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya” 
(dikutip dari buku Ki Hajar Dewantara seri 1 pendidikan halaman 20)


Sekolah sebagai salah satu institusi pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan karakter siswa. Maksud pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Apa yang dikatakan bapak pendidikan kita, Ki Hadjar Dewantara, seperti kutipan di atas  mengisyaratkan kita sebagai guru untuk membangun komunitas di sekolah untuk menyiapkan murid di masa depan agar menjadi manusia berdaya tidak hanya untuk pribadi tapi berdampak pada masyarakat.

Karakter seperti apakah yang bisa menyiapkan murid menjadi manusia dan anggota masyarakat untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan seperti tujuan pendidikan sendiri. Jika kita mengacu pada Profil Pelajar Pancasila, “Pelajar Indonesia merupakan pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila.” Pelajar yang memiliki profil yang demikian itu adalah pelajar yang terbangun utuh keenam dimensi pembentuknya, yaitu: 1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, 2) mandiri, 3) bergotong-royong, 4) berkebinekaan global, 5) bernalar kritis, dan 6) kreatif.

Sebagai institusi pendidikan tentunya sekolah telah menyiapkan semua tujuan tersebut baik sumber daya manusia (SDM) yaitu guru-guru yang berkompeten dan sistem atau aturan yang akan mencapai tujuan mulia tersebut. Adalah kewajiban dan hal yang urgent bagi sekolah sebagai institusi pendidikan untuk membentuk karakter siswa. Sekolah melanjutkan dan mengembangkan karakter siswa yang sudah terbentuk dari keluarga untuk meningkatkan dan menguatkan karakter yang sudah baik.


Dalam institusi sekolah apa yang dimaksud budaya positif adalah nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan yang dibangun dalam jangka waktu lama yang tercermin pada sikap keseharian seluruh komponen sekolah. Dalam kebanyakan sekolah di Indonesia, contoh budaya sekolah yang sudah berjalan dengan baik adalah budaya senyum, salam, dan sapa. Tentunya, budaya sekolah tersebut masih perlu dilaksanakan mengingat perannya yang dapat membuat sekolah menjadi lingkungan yang nyaman. 

Budaya positif di sekolah ialah  nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab. Dalam mewujudkan budaya positif ini, guru memegang peranan sentral. Guru perlu memahami posisi apa yang tepat untuk dapat mewujudkan budaya positif baik lingkup kelas maupun sekolah. Selain itu, pemahaman akan disiplin positif juga diperlukan karena sebagai pamong, guru diharapkan dapat menuntun murid untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab.


Budaya positif salah satunya adalah yang ditumbuhkan dalam lingkungan terkecil yaitu kelas. misalnya kesepakatan kelas. Upaya dalam membangun budaya positif di sekolah yang berpihak pada murid diawali dengan membentuk lingkungan kelas yang mendukung terciptanya budaya positif, yaitu dengan menyusun kesepakatan kelas. Kesepakatan kelas yang efektif dapat membantu dalam pembentukan budaya disiplin positif  di kelas. Hal ini juga dapat membantu proses belajar mengajar yang lebih mudah dan tidak menekan. Seringkali permasalahan dengan murid berkaitan dengan komunikasi antara murid dengan guru, terutama ketika murid melanggar suatu aturan dengan alasan tidak mengetahui adanya aturan tersebut. Kurang adanya komunikasi ini menyebabkan relasi murid dan guru menjadi kurang baik.

Dalam penerapan aksi nyata penulis sebagai CGP telah mengaplikasikan salah satu budaya positif baik di sekolah maupun di kelas pembelajaran. Walaupun pembelajaran saat ini masih dalam pembelajaran jarak jauh (PJJ) budaya positif tersebut tetap berjalan misalnya budaya postif yang sudah tumbuh sejak dulu seperti sebelum siswa memulai pelajaran diperdengarkan lagu Indonesia Raya untuk tetap menanamkan rasa nasionalis siswa selalu muncul dalam sikap dan tindakan nyata. Setelah itu adalah literasi yang dibimbing oleh guru mata pelajaran yang mengajar pada jam pertama.

Pada awal tahun ajaran baru sebelum semuanya dimulai penulis sebagai CGP juga telah mengaplikasikan kesepakatan kelas dalam pembelajaran jarak jauh. Pada kesepakatan kelas tersebut disusun secara bersama-sama antara guru dan siswa dan mudah dipahami dan dapat langsung dilakukan. Oleh karena itu, dalam kesepakatan kelas selalumenggunakan kalimat positif seperti, “Saling menghormati” ,“Berjalan jika berada di lorong kelas”. Kalimat positif lebih mudah dipahami murid dibandingkan kalimat negatif yang mengandung kata seperti, “dilarang” atau “tidak”. Kesepakatan dapat diperbaiki dan dikembangkan secara berkala, seperti setiap awal semester. Tujuan kesepakatan kelas antara lain: Memandu dan mengarahkan siswa dalam proses PJJ, menumbuhkan kesadaran diri untuk tetap semangat belajar, membangun komitmen diri diawal pembelajaran, menciptakan suasana PJJ yang nyaman dan menyenangkan, mewujudkan kelas belajar impian.


Kesepakatan kelas ditulis dalam bentuk poster.


 Untuk mempermudah pemahaman siswa, kesepakatan ditulis misalnya dalam bentuk poster atau disusun sedemikian rupa sehingga dapat dipahami dan disadari oleh siswa. Pada masa PJJ seperti sekarang penulis telah merekam berupa video dan telah disimpan di kelas online jadi setiap siswa dapat menonton dan guru dapat mengingatkan kembali kesepakatan kelas yang telah disepakati di video tersebut.


Budaya positif semasa PJJ dalam KBM membuat kesepakatan kelas.





Kesepakatan Kelas

No comments:

Post a Comment