Sunday 19 September 2021

3.1.a.9. Koneksi Antarmateri - Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran


Pada tahapan belajar alur “Merdeka” pada koneksi antar materi modul 3.1 Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran calon guru penggerak (CGP) diminta untuk membuat kesimpulan (sintesis) dari keseluruhan materi yang sudah dipelajari melalui media baik berupa video maupun artikel dalam blog. Pada kesempatan ini penulis berupaya lagi membuat sintesis dengan menghubungkan materi-materi sebelumnya yaitu  modul 1 paradigma dan visi guru penggerak, modul 2 praktek pembelajaran yang berpihak pada murid dan modul 3 yaitu pemimpin pembelajaran dalam pengembangan sekolah.


Sebagaimana kita ketahui filosofi Pratap Triloka Bapak pendidikan Ki Hadjar Dewantara (KHD) memiliki pengaruh yang besar dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah tidak terlepas dalam  sebuah pengambilan keputusan baik dalam proses pembelajaran maupun interaksi sosial dengan rekan sejawatnya.


Pratap Triloka KHD yang meliputi “Ing Ngarso Sung tulodo, Ing Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri” ini merupakan jiwa dari pendidikan nasional. Menjadi seorang guru bukanlah hal yang mudah,  butuh proses berpikir membuat konsep dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari dalam pendidikan di sekolah. Lalu bagaimana filosofi patrap triloka  Ki Hadjar Dewantara  terhadap pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran? 


“Ing Ngarso Sung Tulodo” mengandung makna bahwa seorang guru di depan mampu memberi teladan dimana seorang pendidik sebagai pemimpin pembelajaran sebaiknya penuh dengan analisis dan berbagai pertimbangan karena keputusan yang diambil akan dijadikan contoh bagi murid-muridnya baik dalam pembelajaran di kelas maupun di sekolah.


“Ing Madyo Mangun Karso” di tengah mampu membangun karsa atau kemauan/semangat dimana keputusan yang diambil seorang pendidik sebagai pemimpin pembelajaran hendaknya bisa mempertimbangkan kemauan dan memberi semangat bagi murid-muridnya.


“Tut Wuri Handayani” di belakang mampu memberi dorongan dimana keputusan yang diambil dapat mendukung secara fisik dan moral bagi murid-murid yang ada di sekolah sehingga tantangan guru terkini adalah mampu menyesuaikan dengan kodrat alam dan kodrat zaman murid pada masanya. Guru mampu menjadi teladan bagi murid serta teman sejawat secara adaptif terhadap perkembangan zaman sebagai pemimpin pembelajaran,  mendorong kolaborasi yang juga menjadi agen transformasi sesuai tuntutan zamannya.


Nilai-nilai yang tertanam dalam diri seorang calon guru penggerak yaitu mempertahankan dan mengembangkan nilai dari guru penggerak,  mandiri, kolaboratif, reflektif, inovatif dan berpihak pada murid yang kemudian dapat menggerakkan komunitas praktisi menjadi teladan bagi murid dan teman sejawat menjadi pemimpin pembelajaran dan mewujudkan kepemimpinan murid dengan berpegang teguh kepada prinsip, nilai dan filosofi pendidikan KHD yang pada akhirnya seorang guru penggerak dapat mengambil keputusan yang bersifat etis dan manusiawi.


Kegiatan Coaching pada Pengujian Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

Pada kegiatan belajar alur refleksi terbimbing  modul 2 guru melakukan praktek coaching model Tirta yang berperan sebagai coachee sehingga dapat mengembangkan potensi dirinya serta berperan sebagai coach untuk melatih keterampilan berkomunikasi yang memberdayakan sehingga kegiatan coaching sangat membantu guru dalam pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah. Sebelum mengenal panduan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran pengambilan keputusan lebih kepada lingkungan terhadap apa yang diharapkan orang lain akan dilakukan kepada diri kita dan juga berdasarkan intuisi dari diri seorang pendidik. 


Ternyata tidak semua keputusan sulit merupakan dilema etika ada kalanya berupa bujukan moral. Ada 2 jenis dilema dalam pengambilan keputusan yaitu dilema etika (benar versus benar) dan bujukan moral (benar versus salah). Dilema etika adalah situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara 2 pilihan dimana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan. Sedangkan bujukan moral adalah situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan benar atau salah.


Keputusan yang Tepat Berdampak pada Lingkungan

Sebagai pemimpin pembelajaran harus memastikan bahwa keputusan yang diambil adalah keputusan yang tepat sehingga keputusan yang diambil akan berdampak positif bagi murid untuk menciptakan lingkungan belajar yang positif, kondusif, aman, nyaman dalam pembelajaran yang berpihak pada murid guna mewujudkan merdeka belajar


Pengambilan Keputusan

Adapun dalam mengambil keputusan seorang pemimpin pembelajaran memiliki 9 langkah pengambilan keputusan yaitu:

  1. Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan,  

  2. Menentukan siapa yang terlibat, 

  3. Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan,  

  4. Pengujian benar atau salah baik secara legal, regulasi,  intuisi,  publikasi, panutan atau idola.

  5. Pengujian paradigma benar lawan benar


Dalam pengujian paradigma benar lawan benar kita dihadapkan dengan 4 paradigma yaitu dilema etika antara :

  1. individu lawan masyarakat (individual versus Community),  

  2. rasa keadilan lawan rasa kasihan (Justice versus mercy),  

  3. kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty),  

  4. jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term).


  1. Melakukan prinsip resolusi yaitu 

  1. berpikir berbasis hasil akhir (end-based  thinking),  

  2. berpikir berbasis peraturan ( rule - based thinking),  

  3. dan berpikir berbasis rasa peduli (care-based thinking)

 

7. Investigasi opsi trilemma 

8. Membuat keputusan

 9. Tinjau ulang keputusan lalu refleksikan


Sementara kesulitan-kesulitan apa yang dialami dalam menjalankan pengambilan terhadap kasus-kasus dilema etika? Beberapa hal yang saya alami yaitu nilai dan budaya masyarakat, kemudian paradigma berpikir dimana kurang dinamis dalam menerima sesuatu hal yang baru, kemudian informasi yang diperoleh tidak akurat sehingga kesulitan dalam mengidentifikasi masalah. Kesulitan-kesulitan ini akan kembali pada masalah perubahan paradigma di lingkungan sekolah.


Pengambilan keputusan yang diambil dengan pengajaran yang memerdekakan murid akan berpengaruh pada masa depan murid di mana arus perubahan menuntut siswa menguasai berbagai kecakapan hidup yang esensial untuk menghadapi berbagai tantangan abad 21. Keputusan seorang pemimpin pembelajaran sangat mempengaruhi masa depan murid. Coba kita ambil kutipan di bawah ini:


Mengajarkan anak menghitung itu baik namun mengajarkan mereka apa yang berharga atau utama adalah yang terbaik.” 

(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best)

by Bob Talbert


Artinya  kita sebagai pendidik tidak hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan saja namun perlu menyiapkan keterampilan kecakapan hidup mereka untuk diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat kelak sehingga dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran sangat berpengaruh dalam menjadikan murid sebagai manusia merdeka dan berkarakter merdeka.


Kesimpulan akhir yang dapat ditarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya adalah pendidik sebagai pengambil keputusan mempunyai peran utama dalam pemimpin pembelajaran terutama dalam menuntut laku atau budi pekerti murid melalui budaya positif di sekolah.


Sebagai agen perubahan CGP mengusung visi pribadinya yang akan melakukan perubahan dengan manajemen perubahan teknik Bagja secara perlahan tapi pasti dan dengan kompetensi sosial emosional yang matang kemudian pembelajaran yang terintegrasi pada pembelajaran berdiferensiasi akan mengoptimalkan potensi murid melalui kegiatan coaching model Tirta yang tepat dan terarah untuk mewujudkan merdeka belajar.


Demikianlah kesimpulan dan juga keterkaitan antara materi pada Modul 1 paradigma dan visi guru penggerak, modul 2 praktik pembelajaran yang berpihak pada murid dan modul 3 pemimpin pembelajaran dalam pengembangan sekolah semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi bapak ibu guru hebat di seluruh Indonesia akhir kata kritik dan saran membangun atas tulisan ini sangat penulis apresiasi, salam dan bahagia.


Sunday 12 September 2021

Refleksi pada Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

 


“Education is the art of making man ethical.”

“Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.”

~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~


Kutipan diatas adalah relevan dengan judul topik penulis tentang Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran. Dalam dunia pendidikan seorang pemimpin haruslah mengambil sebuah keputusan yang benar-benar sudah dipertimbangkan dan keputusan itu akan berdampak pada semua aktifitas kehidupan pembelajaran yang menentukan perilaku dalam lingkungan pembelajaran yang menentukan baik/buruk, berhasil/tidak kelangsungan hidup itu sendiri.

Setelah mempelajari modul 3.1 dengan materi pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dengan menjawab kuesioner dan memahami eksplorasi konsep baik secara mandiri maupun kolaborasi, saya dapat merefleksikan materi-materi dalam modul 3.1 tersebut sebagaimana dalam urian di bawah ini. 

Materi konsep-konsep pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam pembelajaran telah saya pahami dengan baik. Seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan agar keputusannya benar-benar dapat dipertanggungjawabkan melalui beberapa prinsip, konsep dan pengujian yaitu masalah tersebut antara dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. 

Dilema Etika adalah situasi ketika seseorang harus memilih antara 2 opsi dimana kedua-duanya secara moral benar, tetapi saling bertentangan dan di saat itu seseorang pemimpin harus membuat keputusan antara benar dan benar. Sedangkan bujukan moral adalah situasi ketika seseorang harus memilih dan membuat keputusan antara benar dan salah. 

Empat paradigma pengambilan keputusan adalah dilema etika yang terdiri dari Individu vs Masyarakat (individual vs community), Rasa keadilan vs Rasa Kasihan (justice vs mercy), Kebenaran vs Kesetiaan (truth vs loyalty),  dan Jangka Pendek vs Jangka Panjang (short term vs long term). Individu lawan masyarakat adalah pertentangan antara individu (kelompok kecil) yang berdiri sendiri melawan sebuah kelompok yang lebih besar di mana individu ini juga menjadi bagiannya. Bisa juga konflik antara kepentingan pribadi melawan kepentingan orang lain, atau kelompok kecil melawan kelompok besar. Rasa keadilan lawan rasa kasihan adalah pilihan antara mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya. Pilihan yang ada adalah memilih antara keadilan dan perlakuan yang sama bagi semua orang di satu sisi, dan membuat pengecualian karena kemurahan hati dan kasih sayang, di sisi lain. Kebenaran vs kesetiaan adalah situasi dimana kejujuran dan kesetiaan seringkali menjadi nilai-nilai yang bertentangan dalam dilema etika. Kadang seseorang perlu untuk membuat pilihan antara berlaku jujur dan berlaku setia (atau bertanggung jawab) kepada orang lain. Apakah seorang pemimpin akan jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau dia menjunjung nilai kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu, atau komitmen yang telah dibuat sebelumnya. Yang terakhir yaitu jangka pendek vs jangka panjang. Paradigma ini paling sering terjadi dan mudah diamati. Kadang perlu untuk memilih antara yang kelihatannya terbaik untuk saat ini dan yang terbaik untuk masa yang akan datang. Paradigma ini bisa terjadi di level personal dan permasalahan sehari-hari, atau pada level yang lebih luas, misalnya pada issue-issue dunia secara global, misalnya lingkungan hidup dll.

Selanjutnya yaitu 3 prinsip dalam pengambilan sebuah keputusan yaitu prinsip Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) dan Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Prinsip berbasis hasil akhir adalah apabila seseorang berpikir: “Saya lakukan karena itu yang terbaik untuk kebanyakan orang.” Prinsip berbasis peraturan apabila seseorang berpikir: “Ikuti prinsip dan aturan-aturan yang telah ditetapkan.” dan yang ke-3 adalah prinsip berbasis rasa peduli apabila seseorang berpikir: “Memutuskan sesuatu dengan pemikiran apa yang anda harapkan orang lain lakukan terhadap anda.”

Yang terakhir yang harus dilakukan seorang pemimpin adalah menguji keputusannya itu dengan  9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Langkah-langkah tersebut adalah dengan beberapa pertanyaan.

  1. Apa nilai-nilai yang saling bertentangan dalam studi kasus tersebut?

  2. Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut ?

  3. Apa fakta-fakta yang relevan dengan situasi tersebut ?

  4. Mari kita lakukan pengujian benar atau salah terhadap

        situasi tersebut.

  1. Uji legal- Apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi tersebut?

  2. Uji regulasi- Apakah ada pelanggaran peraturan/kode etik profesi dalam kasus tersebut?

  3. Uji intuisi- Berdasarkan perasaan dan intuisi Anda, apakah ada yang salah dalam situasi ini?

  4. Uji Halaman Depan Koran- Apa yang Anda rasakan bila keputusan Anda dipublikasikan di halaman depan koran? Apakah Anda merasa nyaman? Bila Anda tidak merasa nyaman, kemungkinan kasus tersebut bukan kasus dilema

     etika, namun bujukan moral.

  1. Uji Panutan/Idola- Kira-kira, apa keputusan yang akan diambil oleh panutan/idola Anda dalam situasi ini?

5. Jika situasi gagal melalui salah satu uji tersebut, maka tidak perlu melanjutkan pada langkah berikutnya, kemungkinan besar situasi tsb adalah bujukan moral, bukan dilema etika.

6. Jika situasinya adalah situasi dilema etika, paradigma mana yang terjadi?

7. Prinsip mana yang digunakan untuk menyelesaikan masalah ini? Adakah 

    penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya. (Investigasi Opsi 

    Trilemma)?

8. Apa keputusan yang Anda ambil?

9. Coba lihat lagi keputusan Anda dan refleksikan.


Menurut saya memahami konsep-konsep ini saja tidaklah cukup karena setiap kasus sangat beragam dan banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi antara lain pelaku yang terlibat, latar belakang masalah dan tingkat kompleksitas masalah tersebut mempengaruhi baik tidaknya hasil keputusan yang diambil. Penguasaan medan/lapangan dan pengalaman/fakta yang terjadi sesungguhnya dalam setiap permasalahan sehingga dalam pengambilan keputusan terhadap suatu kasus sangat mempengaruhi keberhasilan pengambilan keputusan bahkan kemungkinan ada yang diluar dugaan atau diluar prediksi pengambil keputusan.

Sebelum mempelajari modul ini tentunya saya  pernah menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dalam situasi moral dilema. Pada saat itu mengambil keputusan berjalan secara alami menurut pertimbangan saya baik dengan mengutamakan prinsip untuk kebaikan orang banyak dan yang penting keputusan yang saya ambil jauh dari kepentingan pribadi. Sedangkan setelah mempelajari modul 3.1 ini saya lebih paham bagaimana langkah-langkah pengambilan keputusan secara tepat melalui beberapa tahapan dengan mempertimbangkan apakah masalah ini adalah dilemma etika atau lebih kepada bujukan moral, termasuk 4 paradigma pengambilan keputusan yang mana, 3 prinsip pengambilan keputusan yang mana masalah tersebut dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. 

Topik modul pembelajaran 3.1 ini sangatlah penting dikuasai seorang guru baik itu sebagai individu maupun sebagai seorang pendidik atau guru yang merupakan pemimpin pembelajaran. Sebagai seorang individu pastilah menghadapi masalah dalam kesehariannya sehingga dengan memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip pengambilan keputusan dalam modul ini sangat baik juga diterapkan karena seorang individu adalah pemimpin juga bagi dirinya sendiri. Bagaimana seorang individu dapat memimpin orang lain apabila dia sendiri tidak dapat memimpin dirinya sendiri? Guru sebagai pemimpin pembelajaran di kelas akan menghadapi sejumlah siswa yang memiliki berbagai karakter dan masalah tentunya memiliki problematika dalam pembelajaran dan didalamnya guru haruslah dapat mengambil keputusan yang baik untuk para siswanya yang sedang mengalami permasalahan. Belum lagi seorang guru juga selalu berinteraksi dengan rekan guru lainnya di dalam sebuah lembaga dan permasalahan pastinya akan muncul. Apabila setiap guru memiliki pengetahuan dan pemahaman materi ini tentunya akan menciptakan sebuah lingkungan pembelajaran yang nyaman dan kondusif karena setiap guru dapat melalui masalahnya dengan baik dengan keputusan yang telah dibuatnya.

Mengingat materi modul 3.1 ini sangatlah penting adalah hal yang patut untuk mengaplikasikan dalam menjalankan tugas saya sebagai guru, pemimpin pembelajaran di kelas saya. Langkah selanjutnya adalah saya ingin segera mendesiminasikan materi Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran ini. Tidak semua guru apalagi di lingkungan sekolah saya mendapatkan kesempatan untuk mempelajari materi seperti ini. Sebagai calon guru penggerak penulis ingin segera mendesiminasikan kepada rekan-rekan guru lainnya yang belum mendapatkan kesempatan belajar dengan materi yang sangat penting sebagai seorang guru masa kini. Apabila semua guru memahami dan dapat mengaplikasikannya mereka dapat menjalankan tugas dan kewajibannya dengan baik dengan demikian juga akan berdampak besar kepada para siswa dan lingkungan sekolah pada umumnya sehingga tujuan pembelajaran yang sebenarnya akan tercapai.