Tuesday 20 July 2021

Pembelajaran Berdiferensiasi (Koneksi antar Materi)

 

Semua pengetahuan terhubung ke semua pengetahuan lainnya. Yang menyenangkan adalah membuat koneksinya.” 

(Arthur Aufderheide)

2.1.a.9. Koneksi Antar Materi - Modul 2.1

oleh Prapti Wardani-CGP ANGKATAN 2-KOTA SURABAYA


Pada kesempatan koneksi antar materi ini calon guru penggerak (CGP) ditugaskan untuk membuat kesimpulan  dan mengaitkan materi modul 2.1 tentang pembelajaran berdiferensiasi dengan materi modul-modul yang telah dipelajari sebelumnya yaitu modul 1.1 tentang filosofi dan pemikiran Ki Hadjar Dewantara, modul 1.2 tentang visi dan peran guru penggerak, modul 1.3 tentang Inkuiri apresiatif dengan pendekatan BAGJA, dan modul 1,4 tentang budaya positif di sekolah. 


Kesimpulan yang akan penulis paparkan adalah apa yang dimaksud dengan pembelajaran berdiferensiasi, apa keuntungan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas, bagaimana cara guru merancang pembelajaran berdiferensiasi dan apa saja keuntungan jika guru menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas, penulis berupaya memaparkan kesimpulannya sebagai berikut. 


Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha dalam proses pembelajaran dimana guru berusaha untuk mendesain pembelajaran yang menyesuaikan kepada kebutuhan belajar dari setiap individu/murid. 

Ada 5 aspek penting dalam pembelajaran berdiferensiasi yaitu 

  1. Lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar.  

  2. Tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas.

  3. Penilaian berkelanjutan/ongoing assessment.

  4. Merespon kebutuhan belajar murid.

  5. Manajemen kelas yang efektif.


Bagaimanakah cara guru untuk merancang pembelajaran berdiferensiasi? Untuk merancang pembelajaran berdiferensiasi yang pertama guru harus menetapkan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai dan memetakan  secara jelas agar arah pembelajaran dapat ditentukan secara pasti kebutuhan belajar setiap murid. Ada tiga hal yang dapat dilakukan seorang guru dalam memetakan pembelajaran berdiferensiasi yaitu

  1. Kesiapan belajar murid/readiness

  2. Minat belajar

  3. Profil murid 


Pemetaan berdasarkan ketiga aspek diatas sangat menentukan ketercapaian pembelajaran berdiferensiasi. Kesiapan belajar/readiness adalah kapan kesiapan belajar murid. Guru dapat menganalisis dengan menggunakan asesmen diagnostik kognitif dimana guru dapat memetakan sampai sejauh mana murid telah menguasai materi prasyarat dan siap untuk belajar materi baru yang akan dicapai oleh murid sesuai dengan kompetensi yang sudah dirumuskan. Pemetaan minat belajar murid dapat menjadi indikator penting dalam proses pembelajaran karena akan memunculkan motivasi atau dorongan bagi murid untuk mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran misalnya murid  yang memiliki minat membaca, menulis, sains atau olah raga.  Yang ketiga profil murid. Profil murid dapat dianalisis berdasarkan tingkatannya misalnya kecerdasaan, budaya, sosial latar belakang yang paling sering kita jumpai adalah gaya belajar murid yaitu gaya belajar visual, auditori dan kinestetik. Pemetaan gaya belajar  akan memudahkan guru dalam menentukan jenis strategi yang dapat digunakan untuk mengakomodasi kebutuhan cara belajar murid yang berbeda-beda. 


Setelah melakukan pemetaan kebutuhan belajar setiap murid selanjutnya guru akan merancang strategi pembelajaran strategi diferensiasi. Ada 3 jenis strategi diferensiasi  yang digunakan yaitu proses, produk dan konten. Strategi diferensiasi proses menekankan pada bagaimana cara murid untuk mencapai tujuan pembelajaran, misalnya saja murid yang bergaya belajar auditori dapat diberikan rekaman tentang materi pembelajaran, murid dengan gaya belajar visual dapat menggali informasi melalui modul atau video pembelajaran yang penuh dengan visualisasi atau gambar atau murid dengan gaya belajar kinestetik dapat menggali informasi melalui aktivitas fisik atau gerakan seperti percobaan, simulasi atau bermain peran. Ketika murid sudah dipetakan berdasarkan strategi proses ini maka mereka akan belajar sesuai dengan gaya belajarnya masing-masing. Yang kedua adalah strategi konten. Pada strategi konten ini didasarkan pada kesiapan belajar murid di mana bahan ajar yang disediakan oleh guru sudut dipetakan mulai dari yang sederhana ke kompleks, konkrit ke abstrak, bahan ajar yang bersifat fundamental  atau mendasar ke bahan ajar yang bersifat transformatif. Hal ini tentu didukung oleh bantuan dari guru ataupun melalui scaffolding. Yang ketiga adalah strategi diferensiasi produk. Pada strategi produk guru dan murid akan merancang produk apa yang akan dibuat oleh murid untuk mendemonstrasikan capaian hasil belajarnya yang dimiliki murid misalnya murid yang memiliki gaya belajar visual akan membuat infografis, mind mapping atau sejenisnya yang berhubungan dengan visualisasi. Murid dengan gaya belajar auditori akan mempresentasikan hasil belajarnya melalui rekaman broadcast, lagu, puisi dan lainnya. Murid yang bergaya belajar kinestetik dapat melakukan hasil capaian belajarnya melalui performance pada materi tertentu. 


Apapun strategi pembelajaran atau strategi berdiferensiasi yang dipilih guru haruslah mampu mementingkan kompetensi atau tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada materi tersebut. Apapun yang guru pilih dalam strategi tersebut  guru sebaiknya bisa membuat yang namanya alat penilaian atau asesmen. Asesmen yang dilakukan adalah penilaian berkelanjutan atau on going assessment dengan arti penilaian yang dilakukan dilakukan tidak hanya dilakukan di akhir pencapaian kompetensi tetapi dilakukan secara berkala untuk memberikan umpan balik, untuk mendiagnosis permasalahan murid sehingga murid dapat belajar dan mengikuti ritme pembelajaran dengan baik. Ketika merancang penilaian pada pembelajaran berdiferensiasi  apapun demonstrasi murid, apapun pencapaian belajar murid melalui media apapun yang diukur haruslah sama yaitu kompetensi dan tujuan pembelajarannya. 


Langkah terakhir yang dapat dilakukan guru adalah guru dapat merancang kegiatan pembelajaran. Mengapa pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar setiap murid? Alasan yang pertama pembelajaran berdiferensiasi  bersifat proaktif yaitu melibatkan murid dalam berbagai proses pembelajaran,  yang kedua pembelajaran berdiferensiasi berakar pada tujuan pembelajaran dan kompetensi yang ingin dicapai dan berakar pada penilaian dan alasan terakhir adalah pembelajaran berdiferensiasi menggunakan pendekatan konstruktivistik dimana pembelajaran berpusat pada murid. Alasan  lainnya adalah pembelajaran berdiferensiasi menggunakan beragam pendekatan mulai dari konten, proses dan produk. Pembelajaran berdiferensiasi juga bukanlah pembelajaran yang bersifat klasikal semata tetapi menggabungkan atau perpaduan antara pembelajaran klasikal, kelompok-kelompok kecil bahkan pembelajaran Individual. Pembelajaran berdiferensiasi bersifat organis dan dinamis artinya pembelajaran ini  mampu mengajak guru dan murid untuk merespon setiap kebutuhan yang terjadi selama proses pembelajaran.


Apa koneksi antar materi pada modul 2.1 ini dengan modul-modul lain dalam pendidikan program guru penggerak? Pembelajaran berdiferensiasi menghadirkan pembelajaran yang beragam yang memaknai bahwa setiap murid adalah unik dan beragam dan ini sesuai dengan modul 1.1 yaitu pemikiran Ki Hajar Dewantara yang menyatakan bahwa anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodrat zaman dan kodrat anak dan potensinya masing-masing, pendidik hanya merawat tumbuh kembangnya potensi itu agar menjadi bermanfaat dan bahagia serta sukses di masyarakat artinya pembelajaran berdiferensiasi mengakomodasi setiap potensi murid bakat, kodrat, minat baik kodrat alam maupun kodrat zaman murid. Dan apa kaitannya dengan modul 1.2 bahwa dengan menghadirkan pembelajaran berdiferensiasi yang melibatkan murid dalam setiap proses pembelajaran artinya guru telah mampu memaksimalkan nilai dan peran guru penggerak yaitu menciptakan budaya positif bagi murid dalam proses pembelajaran dalam upaya mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. Apa kaitanya dengan modul 1.3 yaitu tentang pendekatan inkuiri apresiatif bahwa pembelajaran berdiferensiasi tidak bisa dilakukan oleh satu orang guru saja karena seorang guru bukanlah seorang superman atau super woman tetapi pembelajaran ini dapat mengkolaborasikan antara berbagai pemangku kepentingan untuk menghadirkan pembelajaran berdiferensiasi yang memenuhi setiap kebutuhan murid yang ada di ruang kelas di sekolah masing-masing. Oleh karena itu seorang guru hendaknya segera mengaplikasikan pembelajaran berdiferensiasi di kelasnya karena pembelajaran berdiferensiasi  bukannya satu metode untuk melayani satu anak atau memberikan 32 metode untuk melayani 32 anak atau pembelajaran yang semrawut  atau pembelajaran yang memerlukan perencanaan yang banyak tetapi pembelajaran berdiferensiasi adalah the way of thinking artinya cara berpikir guru dan murid dalam merespon setiap kebutuhan dari individu yang ada di kelas. Dengan pembelajaran berdiferensiasi maka setiap murid akan merasa dihargai. Mari bersama-sama merayakan setiap pertumbuhan yang dihadapi oleh murid di kelas karena kesuksesan pembelajaran adalah kesuksesan dan pertumbuhan bagi murid, guru dan semua orang setiap individu yang ada di kelas tersebut. Demikian kesimpulan yang dapat dipahami oleh penulis tentang pembelajaran berdiferensiasi.